Searching :

Custom Search

Tuesday, March 17, 2009

Edible-nest Swiftlets

Edible-nest Swiftlet Collocalia fuciphaga
Wat Chong Lom, Samut Sakhon, Bangkok
Wat Chong Lom or Wat Sutthi Wata Wararam fronts the river mouth at Tambon Tha Chalom on the western side of the Tha Chin River. It was constructed during the Ayutthaya period, and the religious buildings in the temple have been beautifully renovated. Apart from the aesthetic qualities of the temple complex, the site is well-known amongst birders for its colony of Edible-nest Swiftlets Collocalia fuciphaga. The colony is located high up in the roof of the shrine of one of the temple’s founders, and is guarded at all times to stop thieves stealing the valuable nests - the main ingredient of ‘bird’s nest soup’ .
The colony has been using this building for thirty years, and some nests are harvested annually to pay for the protection of the colony and for tubs of mealworms used to feed very young swiftlets (see bottom photo) that are routinely found on the temple floor and are looked after until (hopefully) they fledge. Donations are very welcome from visitors of course.
(Samut Sakhon is located about 28 kms. from Bangkok along Highway no. 35, the Thon Buri-Pak Tho Highway. It is also accessible by train from the Wongwian Yai Railway Station in Bangkok.)

The Edible-nest Swiftlet Collocalia fuciphaga is found throughout S E Asia and is renowned for the fact that the birds’ nests are used for making bird’s nest soup. During the breeding season, the salivary glands of this species expand to produce the special saliva for binding detritus together for building the nest, which is a shallow cup stuck to the cave wall. Nests which are ‘white’ and made purely or almost purely of saliva - like those of the Edible-nest Swiftlets above - are the most valued. When cooked, the birds’ nests have a gelatinous texture and in Chinese cuisine high medicinal and aphrodisiac qualities are ascribed to these nests. Scientific investigations reveal these nests to be high in protein with about 7% lime. Many consumers of bird nest soup report significant improvement in appetite. However, some others noticed excessive secretion of gastric acid that may cause acid reflux symptoms.





Nests are harvested from cave walls and there is increasing concern that over-harvesting is causing several species of cave swiftlets to become scarce. Bird nest merchants in southeast Asia (including Vietnam, Indonesia, Thailand) have started to raise and breed the swiftlets in house-like structures. They build the shelters to attract wild swiftlets to build nests in them. The “wrong” kind of nests are then destroyed along with the eggs inside. Over time, the selection process only leaves behind a colony of swiftlets that produce the right kind of nest for the trade. “House nests” are priced much lower than the “cave nests” due to the level of risks involved in the harvesting process of the latter. (Adapted from Birding India: Edible-nest Swiftlet)
By Charlie

NEW Hottest Product

Grade :SUPER


Grade : A1

Grade : Uncompleted


Call 4 the price ...

Thursday, March 12, 2009

有關燕子

東南亞的燕窩食品工業中所養殖的燕子多半是“Collocalia Fuciphaga”品種,也就是一般人稱為可食用的白燕窩品種。

燕子(Order: Apodiformes Family: Apodidae)


燕子是洞穴居住類的鳥類,色身暗褐或者灰色,在臀部以及底部呈白色。成長的燕子大約3 1/2 到6 英吋長(就如麻雀般大小),重量約為半盎司。這種燕子飛行的時候偏低,比其他品種的燕子慢且不穩定。他們體型較小,表面上看起來與其他燕子相似,但是他們有著較其他燕子細長,像大鐮刀般的羽翼。

飲食、生命週期和社會結構這種燕子吃正在飛行的昆虫,他們能夠在空中捕捉正在飛行的昆虫。在他們住所中甚至有大約百萬只燕子。他們一般選擇在洞穴、或者已被遺棄的老房子舊建筑中繁殖。在繁殖的季節里,燕子的唾液腺增大,並以產生的唾液來鞏固鳥巢,這個鳥巢的建構過程大約使用1 1/2 到2 個月的時間。建好的鳥巢可以裝1到2顆蛋。對棲所的適應與影響洞穴居住類的燕子是唯一在黑暗中使用聲波探側(回音定位)的鳥類。

它的聲波探側從1,500 到5,500 赫茲頻率 - 人類的可聽見範圍。聲音散髮率大約每秒六次。(這種燕子是唯一真正的洞穴居民。) 他們不僅能夠在黑暗中飛行,甚至還能夠在黑暗中準確地從上百個鳥巢中找到自己的窩。燕子的鳥巢類似一個小托架, 有時裡面會裝著一些草或羽毛。雄性燕子會從它的舌頭底下反芻一串細長的唾液凝膠,像皮膚傷口復原般的編製鳥巢。唾液凝膠在干了以後就會像水泥般凝結,並形成類似個杯狀的鳥巢,依附在洞穴或者建筑物的牆上。燕子(以及許多其他種類的蝙蝠)的糞便以及其他飛行昆虫的尸體對整個社區提供了能量。



群體狀態和COLLOCALIA FUCIPHAGUS 燕種燕窩價錢的攀升以及人們對“燕窩湯”的需求已經導致燕子數量減少。在大部分生產燕窩的國家,燕子正在逐步的減少。無論如何,保存可食用燕窩的工作已被展開。東南亞國家的協會(東南亞國家聯盟) 建立了一個工作小組,以保証一個區域內燕窩的采收量可以達至平衡。自1934 年以來,沙拉越通過了一個法令,說明同一個區域內的燕窩只能在采收的75天后以後再度采收。與此雷同,在沙巴,白燕窩平均一年只能采收2次。除此,隨著養殖燕窩工業的引進,燕子的數量已經有非常大的提升。可食用的燕窩也可以被稱為白燕窩以及褐色燕窩(Collocalia Fuciphaga)。

Tuesday, March 10, 2009

Treasure in Dau Mot, Vietnam

TAMAN REKREASI LAC CANH DAI NAM VAN HIEM DI DAU MOT, PROVINSI BINH DURONG, VIETNAM, KETIBAN DURIAN RUNTUH. LIMA GUNUNG BERTEMBOK BATU SETINGGI 14 M YANG DIBANGUN UNTUK MENARIK PENGUNJUNG DIMASUKI PULUHAN WALET. DI SANA DIPETIK 5 KG SARANG PUTIH PER PANEN.

Kabar itu diterima Hary K Nugroho, praktikus di Jakarta Utara, usai membawakan makalah pada seminar walet di Hotel Ramana di Le Vansy, Vietnam, pada medio Desember 2008. Berselang satu hari kemudian Hary dan istri bergegas menuju Disneyland versi negara paling timur di semenanjung Indochina itu. Perjalanan selama 3 jam ditempuh dengan mobil. Kecuali sungai yang alirannya bermuara di Saigon, tak banyak pemandangan menarik di perjalanan. Hampir setiap wilayah yang dilalui merupakan daerah pabrik dan perkebunan anggur.
Perjalanan panjang itu terbayar kala cericit walet terdengar riuh dari sebuah tugu berjarak 300 m dari pintu masuk taman. Sumber suara berasal dari tweeter yang dipasang di samping lubang berukuran 40 cm x 40 cm. Dari lubang yang semula untuk sirkulasi udara itu kini dialihfungsikan menjadi pintu masuk ke dalam tugu. 'Jumlah walet yang terlihat saat itu sekisar 40-60 ekor,' ujar Hary.

Pemandangan luarbiasa justru tampak di 5 gunung buatan yang berderet rapi. Lokasi yang ditempuh 15 menit dengan berjalan kaki dari tugu itu juga dipenuhi suara tweeter. Dari kejauhan terlihat ratusan si liur emas tengah mengitari gunung itu. 'Jumlahnya 3 kali lipat dari walet yang ada di tugu,' kata pemilik Eka Walet Center itu terkesima.

Gunung buatan
Sejatinya Dau Mot merupakan lintasan walet. 'Walet terbang menuju gua-gua di Provinsi Kho Hua,' kata Hary. Produksi sarang walet di Vietnam sebagian besar berasal dari gua di Pulau Salangane di Nha Trang, Provinsi Kho Hua. Setiap tahun pulau yang menjadi salah satu objek wisata itu memproduksi 1 ton sarang. Itu tidak lepas dari kondisi pulau yang lingkungannya masih hijau. Artinya serangga pakan walet melimpah. Udara pun lembap, sekitar 80-90%.

Kondisi itu tak jauh berbeda dengan taman rekreasi yang dibuat 2 tahun lalu itu. Permukaan luar gunung basah karena ada aliran air deras dari mesin kabut. Bahkan aliran air lebih deras di gunung yang terletak di tengah barisan itu. Sebab itu di sana lebih banyak dijumpai walet. Kabut juga diarahkan ke lubang udara. Pantas saja setelah puas bermain di luar, walet mau masuk ke dalam.

Isi gunung itu dirancang menyerupai gua. Dengan bantuan lampu temaram si liur emas menjelajah sampai ke dasar gua. Lantai gua becek sehingga lembap. Namun, populasi sarang tidak merata. Walet banyak bersarang di sudut dinding yang bergelombang.
Hary optimis, bila dikelola dengan benar 10 tahun mendatang produksi sarang akan merata di setiap gunung. Apalagi di taman hiburan itu terdapat sungai besar yang dikelilingi pepohonan. Itu artinya walet tak perlu terbang jauh mencari pakan. Terbukti sarang yang dihasilkan pun berkualitas baik: putih, tebal, dan berbentuk mangkuk.
Mulai ramai
Selain Dau Mot, lokasi baru budidaya walet di Vietnam ada di Go Cong, Provinsi Tien Giang. Empat tahun lalu kota berjarak tempuh 3 jam dari Saigon itu tidak dijumpai rumah walet. Maklum informasi budidaya walet minim, penduduk hanya tahu walet bersarang di gua. Dari walet-walet gua itu produksi minuman berbahan baku sarang walet diproduksi.

Rumah walet yang menyatu dengan ruko mulai muncul awal 2006. Contohnya ruko milik Le Danh Hoang. Lantai 2 dan 3 ruko itu dipakai untuk budidaya walet. Ruko itu berada tepat di bantaran sungai. 'Di daerah ini banyak serangga,' ujar Le Danh. Maklum, tak jauh dari ruko terdapat sawah. Teknik budidaya yang diterapkan pria 24 tahun itu seperti yang ada di Indonesia. Misal, untuk menjaga kelembapan tinggi digunakan mesin kabut. Mesin berkekuatan 110 watt dinyalakan pada siang hari selama 4 jam. Hasilnya setiap 2 bulan memetik 2-3 kg sarang. Sukses itu pula yang membuat para tetangga mengikuti jejaknya. 'Kini ada 5 rumah walet dengan produksi 2-3 sarang per panen,' katanya.

Beragam harga
Vietnam sebetulnya sudah lama mengembangkan walet. Saat budidaya walet di Indonesia marak pada 1997, di Vietnam juga ada rumah walet. Namun, pengusahaannya tersembunyi. Maklum pemerintah dapat dengan mudah mengambil usaha itu.
Sejalan dengan perkembangan populasi walet, wilayah lintasan walet di Vietnam meluas mulai dari Saigon bawah, Da Nang, sampai ke Nha Trang. Di daerah lintasan-lintasan itulah bermunculan hingga 300 rumah.

Warga Vietnam tertarik mengembangkan walet karena harga sarang cukup tinggi dan pemasarannya mudah. Harga retail sekilo sarang di Vietnam 20-juta-30-juta VND setara Rp11,76-juta-Rp17,65-juta/kg tergantung kualitas. Yang termasuk kualitas rendah atau remahan harganya Rp3-juta/kg. 'Pembeli di sana menerima beragam kualitas, termasuk kualitas rendah sekalipun,' kata Hary. Dengan potensi alam yang terjaga baik Vietnam kini siap menjadi sentra walet di Asia Tenggara. (Lastioro Anmi Tambunan)
By :Trubuson

Tuesday, March 3, 2009

Rekommend Book "Mario Teguh"

The best moderator... "Becoming A Star"




Siapa yang tidak ingin hidupnya bersinar seperti bintang di langit?
Siapa pun pasti mau... dan pasti bisa! Selain takdir Tuhan, hal ini
juga bergantung pada sejauh mana seseorang menemukan dan mengolah
potensi dalam dirinya. Melalui buku yang sangat ber-pengaruh ini,
Mario Teguh mengajak Anda menggali segala potensi yang ada pada diri
masing-masing, kemudian memanfaatkannya dalam mencapai segala
kesuksesan. Simak untaian sederhana dan mudah dipahami namun dalam
penuh makna, dan yang lebih penting lagi: APLIKATIF!